1. Orang laut
2. Oran darat (didataran rendah berawa di Sumatra Timr sampai ke kaki Bukit Barisan)
3. Orang mentawai
4. Orang badui / banten selatan
5. Orang
6. Orang punan/penan, kelompok pengembara di sepanang hulu sungai besar di Kalimantan
Hilda Geert à tippet-tipe sosio-kultural masyarakat Indonesia
a. Masyarakat pertanian dengan teknologi persawahan
- Orang Jawa dan Bali (petani)
- Pengaruh Budaya Hindu atau India kuat.
- Terdapat kerajaan – kerajaan yang cukup besar.
- Terdapat stratifikasi social (pelapisan social) sehingga etiket menjadi penting (golongan priyayi, pejabat kerajaan, wong cilik)
- Kesenian berkembang (kebanyakan seni tari, gamelan)
b. Masyarakat yang bermukim di wilayah pantai
- Orang Melayu, Banjar, Makassar, Bima
- Pengaruh islam kuat
- Orientasi dagang
- Keragaman etnik
- Terdapat kerajaan yang cukup besar pada masa Islam
- Pelapisan social tidak begitu ketat
- Kebudayaan yang berkembang biasanya berupa sastra (kitab-kitab, kisah kepahlawanan, etos)
c. Masyarakat yang mendiami daerah pedalaman
- Mengenal sawah dan ladang berpindah
- Belum tersentuh oleh pengaruh Hindu dan Islam
- Sebagian sudah memeluk Kristen (sekarang ditambah Islam)
- Penduduk masih jarang
- Terdapat banyak perbedaan dengan tipe 1 dan 2
- Terisolir dari dunia luar (tidak sesuai lagi)
- Orang Dayak, Toraja, Halmahera, NTT
d. Orang-orang Minang, Batak, Minahasa, Ambon.
Kebudayaan Agraris dan Maritim
Penamaan sering dilakukan berdasarkan lingkungan pemukimannya. Misalnya Orang Laut, Darat, Gunung,dll. Kebudayaan Agraris adalah budaya yg berkembang di daerah pedalaman, hinterlandnya berupa lahan pertanian (sawah dan ladang), padang rumput untuk beternak dan hutan untuk berladang. Sudah dikenal sejak zaman prasejarah (Masa Bercocok Tanam). Berdasarkan 7 unsur kebudayaan, kebudayaan agraris memiliki cirri-ciri:
1. Sistem mata pencaharian
a. Pertanian. Terdiri dari pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering. Pertanian lahan basah: sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan, dan sawah pasang surt. Sedangkan pertanian lahan kering: tegalan, kebun, ladang berpindah
b. Peternakan. Dilepas dan dikandangkan.
c. Perikanan (budidaya ikan). Budidaya ikan dikolam, di situ atau dengan sistem karamba di air deras.
Ada petani yang memiliki sawah sendiri di Jawa: sawah sangan dan sawah yasan dan petani penggaraf (Bali dan Lombok: penyakap)
2. Sistem teknologi dan peralatan, berhubungan dengan pertanian peternakan, dan perikanan. Di ladang pertanian misalnya dikenal sistem bertani tumpang sari. Teknik mengolah tanah dengan berbagai peralatan pertanian seperti: cangkul, bajak, traktor, gusrok, ani-ani, parang, dll. Dikembangkan pula berbagai macam teknik menyemai bibit, pemupukkan, merontokkan bulir padi menjadi gabah, menjemur gabah, menyimpan gabah atau padi, mengupas kulit gabah menjadi beras.
3. Sistem upacara dan religi. Sistem upacara yang berkenaan dengan agama yang dianut (Islam, Nasrani, Hindu, Budha). Ada upacara yang berkaitan dengan pemujaan Dewi Sri (Jawa dan Bali), Sang Hyang Polaci, Pwah Aci Sanghyang (Nyi Polaci): Upacara Bersih Desa (Jawa Tengah),dll. Tingkat mobilitas masyarakat agraris biasanya rendah, ikatan religious magis dengan tanah kelahirannya cukup kuat.
4. Sistem ilmu pengetahuan (pengetahuan yang berkenaan dengan pertanian misalnya cara memilih bibit, kapan menyemai bibit, tentang jenis dan cara penggunaan pupuk.
5. Sistem kesenian: seni tari, ukir, gerabah, dll
6. Organisasi social: organisasi pengairan (Subak, Bali)
7. Bahasa: bahasa yang digunakan dalam masyarakat agraris tidak banyak mengalami perubahan (mendapat pengaruh luar)
No comments:
Post a Comment