Perbandingan Pandangan Kisah Penciptaan Manusia dari Segi Dunia Modern dan Segi Alkitab
Sampai abad 16, dunia masih mengakui pendapat yang berasal dari Ptolemaius (sentralitas dan immobilitas bumi) dan dari filsuf Aristoteles mengenai asal mula penciptaan bumi. Kombinasi pemahaman ini mendapat gangguan setelah muncul pendapat dari Copernicus, yakni De Revolutionibus Orbium Caelestium (1543). Copernicus mengemukakan bahwa sebenarnya bumilah yang beredar mengelilingi matahari sebagai pusat. Goncangan berikutnya muncul setelah adanya pendapat dari Charles Darwin dalam bukunya Origin of Species (1859) yang memberikan banyak sekali bukti-bukti tentang kebenaran teori evolusi (dari tumbuhan menjadi binatang dan kemudian mengalami perubahan menjadi manusia seperti sekarang ini). Darwin sendiri tidak secara khusus menolak adanya Pencipta ketika memperkembangkan teori evolusinya.
Darwin berpandangan bahwa dalam perjuangan hidup hanya hewan paling ulet yang paling mampu beradaptasi dengan keadaan iklim dan suasana sekitarnya. Turunan dari hewan yang biologis kuat ini terus menerus mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang berlangsung selama jutaan tahun itu akhirnya mengakibatkan timbulnya berbagai jenis binatang. Darwin merumuskan dalam satu pokok pandangan bahwa: semua jenis binatang berasal dari satu sel purba. Melalui buku keduanya, The Descent of Man. Darwin menerapkan teorinya melalui binatang yang paling maju, yaitu kera, yang mengalami proses perjuangan hidup, sedikit demi sedikit berubah mengarah menuju wujud manusia.
Pandangan Darwin langsung menantang keyakinan Kristen tradisional. Pertama, tantangan untuk pembacaan harfiah Alkitab: proses evolusi yang lambat dan gradual tidak dapat didamaikan dengan kisah penciptaan ilahi dalam tujuh hari (Kejadian 1). Kedua, tantangan langsung terhadap martabat manusia: secara tradisional kekristenan, manusia berbeda dengan makhluk lain secara fundamental karena jiwa mereka abadi, karena manusia diciptakan ”dalam citra Allah” dan berakal budi. Ketiga, tantangan terhadap desain dan tujuan ilahi: Darwin berhasil menunjukkan bahwa adaptasi dapat dijelaskan dengan proses variasi dan seleksi alam yang berjalan tanpa sosok tertentu. Keempat, tantangan terhadap gagasan Kristen tentang Allah: teori evolusi melalui seleksi alam akan memusnahkan setiap pembedaan sederhana dan mudah tentang apa itu ”natural” dan ”apa itu super natural”.
Ajaran Alkitab tentang penciptaan didasarkan atas wahyu ilahi, dan dapat dimengerti hanya dengan iman. Inilah yang membedakan pendekatan Alkitab dengan pendekatan ilmiah. Jadi Kejadian 1 tidak dapat dijadikan referensi ilmiah tentang bagaimana dunia dijadikan, melainkan untuk menunjuk bahwa Tuhan adalah Pencipta. Superioritas ilmu pengetahuan tidak menjamin bahwa realitas dapat diketahui secara lengkap, termasuk keberadaan dan kehadiran Allah Pencipta, Pemelihara dan Penopang seluruh ciptaan. Keterbukaan dan penghargaan terhadap kebenaran ilmu pengetahuan dalam menyelidiki alam semesta, memperbesar penghargaan kita terhadap karya tangan Allah yang kreatif dan mengagumkan.
Daftar Pustaka
Hadiwijono, Harun. Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988.
http://www.sabdaspace.com/teori_evolusi_doktrin_kreasi
No comments:
Post a Comment